Lean Manufacturing : Pengertian Otomatisasi Dalam Jidouka untuk Mencegah Kesalahan Produksi

Konsep Lean
Manufacturing dipraktikkan dan diperkenalkan pertama kali oleh Toyota Motor Corporation Japan. Memiliki
tujuan utama untuk menekan biaya produksi (Cost
Saving / Cost Reduction) sehingga profitabilitas perusahaan dapat terus
dijaga bahkan terus ditingkatkan untuk keberlangsungan hidup perusahaan. Konsep Lean Manufacturing ini memiliki 2 Pillar utama yaitu JIDOUKA dan
JUST
IN TIME, yang akan dibahas satu persatu pada artikel ini, Sejarah
pertama kali-nya ide atau
konsep pemikiran mengenai JIDOUKA dan JUST IN TIME
ini pertama kali muncul dari para founder Toyota Motor
Corporation.
Sejarah Lahirnya Konsep
Pemikiran JIDOUKA
Konsep pemikiran mengenai JIDOUKA pertama kali ditemukan oleh Sakichi Toyoda yang merupakan founder dari Toyota Motor Corporation. Semasa kecilnya, Sakichi melihat ibunya
menenun dengan alat bernama “Takabata”
(Mesin Tenun Manual). Melihat cara kerja ibunya menenun dengan Takabata, Sakichi berfikir “Bisakah
menenun menjadi lebih mudah ?”, berawal dari pikiran sederhana inilah, Sakichi muda mulai meneliti mesin
tenun.
Pada tahun 1890,
diawali tekad yang kuat untuk dapat meningkatkan efektivitas mesin tenun yang
digunakan ibunya, Sakichi muda berhasil menciptakan Mesin Tenun Kayu Tenaga
Manusia yang dioperasikan hanya dengan menggunakan satu tangan saja, sehingga
terdapat peningkatan efektifitas sebesar 40 hingga 50%.
Walau demikian,
Sakichi muda belum cukup puas, ia terus berpikir bagaimana dapat meningkatkan
efektifitas mesin tenunnya. Ia pun terus mengadakan penelitian terhadap mesin
tenunnya tersebut. Sampai Pada Tahun 1896, Sakichi berhasil menciptakan mesin
tenun tenaga uap pertama kali di Jepang, dan terus ia lakukan Kaizen
(Improvement) hingga tahun 1914.
JIDOUKA dan Otomatisasi
Dalam dunia Lean Manufacturing, umumnya banyak yang
mengartikan JIDOUKA hanya sebatas
otomatisasi saja. Dan faktanya, jika kita memasukkan kata JIDOUKA pada media translation,
maka hasil penerjemahannya adalah Automation
dalam bahasa Inggris, dan Otomatisasi dalam bahasa Indonesia. Dimana Automation ini secara definisi adalah
mengubah sebuah proses yang sebelumnya manual menjadi otomatis.
Hal tersebut
tidaklah salah, namun, yang ingin Sakichi ajarkan melalui konsep JIDOUKA itu sendiri adalah adanya
Pengetahuan orang yang disertakan pada sebuah sistem otomatisasi yang diciptakan.
Sehingga mesin atau sistem-sistem yang diciptakan tidak hanya mampu untuk
berjalan otomatis secara terus-menerus, tetapi juga memiliki kemampuan untuk
berfikir layaknya Manusia.
Bayangkan ketika anda membuat produk dengan sebuah alat manual, dimana
proses awal sampai akhir untuk membuat produk tersebut anda lakukan sendiri.
Apa yang akan anda lakukan ketika anda mengetahui produk yang anda buat cacat
atau terjadi abnormalitas pada produk anda ?. Apa yang akan anda lakukan ketika
mengetahui alat yang anda gunakan sudah rusak atau ada abnormalitas pada alat
anda?. Apa yang anda lakukan ketika pekerjaan anda 1 siklus telah selesai ?. Tentunya
ketika ketiga kondisi tersebut terjadi, anda akan memberhentikan proses
pekerjaan anda bukan? Karena anda telah mengetahui apa yang terjadi pada proses
anda dan segera menghentikan pekerjaan anda untuk mengambil tindakan
berikutnya.
Dalam kasus pekerjaan manual oleh 1 orang Man Power untuk 1 proses pekerjaan tersebut, lantas memancing
pertanyaan berikutnya, “Bagaimana bila membutuhkan sebanyak 20 atau lebih
proses serupa?”. Pasti terlintas dipikiran kita, maka akan membutuhkan 20 orang
pekerja. Dan kembali muncul pertanyaan di benak kita, bisakah mengeffisiensikan
Tenaga Kerja tersebut? Atau bisakah 20 proses tersebut hanya dilakukan oleh beberapa
Man Power saja?.
Hal Itulah yang Sakichi ingin ajarkan melalui Konsep pemikiran JIDOUKA dalam industri manufaktur,
dimana Sakichi selalu berpikir bagaimana menciptakan mesin yang dapat STOP OTOMATIS KETIKA TERJADI ABNORMAL, TIDAK
MEMBUAT BARANG CACAT, dan TIDAK
BERTUMPU PADA ORANG / TENAGA KERJA, inilah dasar awal mula lahirnya konsep
pemikiran JIDOUKA.
Jika dilihat seksama dari susunan katanya dalam bahasa Jepang :
自 (Ji) : Sendiri / Diri sendiri /
Self
動 (Dou) : Pergerakan / Gerakan / berjalan
化 (Ka) : Mengubah / Mengambil bentuk
Sehingga secara
arti adalah sebuah hal atau sistem yang mampu mengubah (memproses) dengan
pergerakan yang dilakukan secara sendiri (Otomatis). Namun pemikiran Sakichi
tidak hanya sebatas pada sebuah mesin otomatis saja, melainkan mesin otomatis
yang menyertakan pengetahuan Manusia didalamnya, yang dikenal dengan istilah “NINBEN NO TSUITA JIDOUKA”. Dan memiliki
definisi : Otomatisasi yang menyertakan pengetahuan Manusia.
Comments :