Benarkah Tesla Way bisa mengalahkan Toyota Way? (Toyota Production System)

Dalam era industry 4.0 saat ini, kecepatan dalam perencanaan
dan kepekaan dalam membaca kemauan konsumen di masa saat ini menjadi sangat
penting dalam meningkatkan penjualan, Elon Musk sebagai CEO Tesla menjawab
tatangan dalam persaingan dengan Toyota. Perusahaan mobil listrik yang
bermarkas di Palo Alto, California,
Amerika Serikat, saat ini menjadi pelopor bagi perusahaan sejenis dalam
memproduksi mobil listrik.
Sedangkan Toyota memiliki jargon yaitu “Do it right the
first time we don’t always get a second chance”. Toyota memilliki perencanaan
yang sangat matang di awal baik itu waktu, tenaga serta gagasan. Untuk
memproduksi produknya dan saat produksi tidak
boleh ada kesalahan sedikitpun dari a sampai z. Sedangkan jargon dari Tesla
adalah “Move fast, break thing, Fail fast, Learn faster”.
Robot vs. Human
Dalam kegiatan berproduksi, Tesla banyak menerapkan otomatisasi
dan robot yang memungkinkan produksi bebas dari kesalahan dan pelatihan tenaga
kerja. Namun Toyota justru lebih banyak menekankan pada human. Seperti yang
dikatakan oleh Jeffrey Liker pada buku Toyota Way : “para karyawan yang ada di
lini produksi diharapkan berperan sebagai sumber pembelajaran dan perbaikan.
Inovasi hanya dapat diotomatisasi setelah terbukti berfungsi secara manual”.
Filosofi utama dari Toyota Way adalah Respect to People dan
Continuous Improvement, dan secara terus menerus diterapkan dalam manajemen
operasi melalui Toyota Production System (TPS).
Sejarah TPS
Toyota Production System dikembangkan oleh Taiichi Ohno,
Vice-President Executive Toyota, di tahun 1950-an yang terinspirasi oleh
semangat kaizen. KAIZEN; atau penyempurnaan kecil yang terus-menerus, telah
membuat Toyota berevolusi di mana dalam jangka panjang tampak membuahkan hasil
yang revolusioner. Praktek kaizen berakar dari ide Sakichi Toyoda (1867-1930),
pendiri grup Toyota. Pada 1890, tanpa bantuan pihak ketiga melakukan upaya
penyempurnaan mesin pintal varian dari sistem flying shuttle hasil penemuan 150
tahun sebelumnya di Lancashire, Inggris. Dalam jangka waktu 35 tahun, dengan
praktik kaizen-nya terhadap temuan pertama ia menyalip kepemimpinan teknologi
Eropa selama 150 tahun dengan keberhasilannya menciptakan mesin pintal fully
automatic pertama di dunia. Hak patennya dijual ke Platt Brothers, pabrik
tekstil terkemuka Lancashire, Inggris. Di masa ini juga ia menguraikan
pemikiran tentang perlunya “sistem menghentikan proses produksi saat ada
masalah” atau istilahnya JIDOUKA, istilah dalam bahasa Jepang yang berarti otomasi
dengan pengetahuan manusia.
Pada tahun 1926 berdiri Toyoda Automatic Loom Works Ltd.
(sekarang Toyota Industries Co. Ltd.), di bulan September 1933 mengembangkan
divisi otomotif. Berkat “gen” kaizen yang diturunkan, perkembangan awalnya
begitu cepat sehingga diputuskan menjadi perusahaan independen.
Sakichi Toyoda menunjuk putra Kiichiro Toyoda (1894-1952)
sebagai President Toyota Motor Co. Ltd. Sebagai salah satu persiapan, pada awal
1930-an, Kiichiro Toyoda diutus ke AS mempelajari sistem produksi massal yang
dikembangkan Henry Ford (1883-1947). Menyesuaikan diri dengan pasar Jepang yang
kecil, Kiichiro Toyoda; yang mewarisi kejeniusan ayahnya, menciptakan sistem
yang dia namakan JUST-IN-TIME (JIT). JIT merupakan sistem produksi tepat waktu,
di mana setiap proses hanya memproduksi sejumlah komponen yang diperlukan pada
langkah selanjutnya dalam lini produksi, sesaat sebelum diperlukan dengan tepat
waktu.
Pada 1956, Taiichi Ohno ke AS mengunjungi “The Big Three”
(GM, Ford, dan Chrysler). Tujuannya, seperti Kiichiro Toyoda untuk menyadap
secara selektif teknologi dan praktek terbaik dari industri otomotif yang telah
mapan (bukan mendapatkan transfer teknologi langsung sehingga bisa tetap
independen). Yang menarik, ide TPS itu justru bukan berasal dari pengamatannya
terhadap pabrik otomotif tersebut. VP Executive Toyota ini mendapatkan
inspirasi dari supermarket yang sejak lama telah bertebaran di AS.
Terkesan pada kenyataan betapa konsumen bebas memilih apa
dan berapa yang mereka inginkan, timbul idenya mengembangkan PULL SYSTEM. Dalam
sistem ini, setiap lini produksi menjadi supermarket bagi lini produksi
berikutnya. Setiap lini hanya akan mengganti item yang diperlukan atau dipilih
oleh lini berikutnya sehingga sistemnya sangat ramping (secara umum disebut
sistem LEAN PRODUCTION). Ia juga menciptakan sistem KANBAN (kartu penanda)
untuk pengisian stok komponen atau hasil rakitan yang belum jadi (sub-rakitan).
Untuk menunjang sistem yang perlu akurasi tinggi tersebut,
dibentuk jaringan pemasok kelas dunia. Koordinasi erat dengan jaringan pemasok
ini memungkinkan sistem inventori JIT yang super-efisien dan efektif. Dan,
ketika disertai kemajuan teknologi, dikembangkanlah sistem perakitan
super-canggih yang antara lain menggunakan robot.
Namun, yang membuat Toyota menjadi “Market Leader” adalah
sistem manajemen SDM-nya yang efektif dan efisien, memiliki loyalitas tinggi
dan komitmen kuat terhadap kualitas. TPS yang berkembang secara evolusioner di
tengah segala kekurangan dan kendala pada dasawarsa awal membuat sistem yang
dikembangkan secara organik itu meresap kuat kedalam budaya perusahaan sampai
saat ini.
Dengan kata lain, TPS bukan lagi sekadar sistem produksi
melainkan falsafah perusahaan yang akan diterus dijalankan dan dikembangkan.
Comments :